Cerbung " Hati Sutra " Episode 1
On 6:56 PM
Cerbung Hati Sutra mulai ditulis guna memenuhi panggilan hati untuk berkarya. Cerbung atau cerita bersambung kali ini akan mengikuti perjalanan hidup seseorang. Dan saya membuat cerbung ini nantinya akan menjadi sebuah karya yang besar dan fenomenal. Doa yang tulus teriring restu dari orang tua cerbung ini lahir. Semoga bisa bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan Mohom Maaf apabila ada kesamaan nama maupun kejadian ini hanyalah cerita fiktif semata. Semoga karya ini bisa menginspirasi kehidupan kita.
Episode 1
Suara adzan telah bekumandang, beberapa orang berbondong-bondong menuju masjid untuk melaksanakan sholat subuh secara berjamaah. Dengan maksud agar mereka mendapat pahala 27 derajat dibanding orang yang sholat secara sendirian. Ibda' Binafsi si pemuda desa mengambil perlengkapan sholat dan berwudlu. Langkah Ibda' menuju masjid tergesa-gesa, lantaran pujian sholawat sudah selesai dan suara iqomat dikumandangkan pertanda sholat subuh sudah dimulai. Sang imam tanpa ragu bergegas menuju samping mimbar untuk memimpin sholat berjamaah. Kurang lebih 2 baris atau sekitar 20 orang berjamaah. Tidak banyak memang tetapi kekhusyukan dalam beribadah semakin terasa. Ibda' yang saat itu tertinggal rukuk imam setia menunggu untuk memulai sholat saat imam melaksanakan sholat pada rekaat kedua. Ibda' meluruskan shof barisannya dengan menyamakan kaki tungkaknya dengan kaki tungkak jamaah disampingnya. Saat sholat, Ibda' pun fikirannya kemana-mana. Terlihat matanya yang sesekali dipejamkan dan kepala digerakkan mengisyaratkan Ibda' dalam kegelisahan dan berusaha untuk mencari kekhusyukan. Walaupun didalam sholatnya fikirannya melayang-layang, yang penting saat takbirotul ihrom sudah berkonsentrasi untuk mengingat Allah. Sambil kehilangan konsentrasi akhirnya Ibda' pun menyelesaikan rakaatnya.
Selesai sholat Ibda' tidak lupa berdzikir kepada Allah Subhanahu wata'ala agar diberikan ketenangan dalam hidup. Kemudian dia pun berdo'a kepada Allah dan selesai. Setelah dia beranjak dari tempat duduknya dia pun menggambil Al-Qur'an untuk dibaca, walaupun tidak tahu arti dan maknanya, paling tidak Ibda' telah mendapat pahala sebab amal sholihnya. Benar-benar istiqomah dia membaca Al-Qur'an setiap habis sholat fardlu.
Setelah selesai mebaca Al-Qur'an ada orang tua datang menghampirinya, dan bersalam "Assalamu'alaikum Warohmatullah". dan Ibda' menjawab salam dengan lebih lengkap "Wa'alaikum salam Warohmatullahi Wabarokaatuh". Orang tersebut bertanya lagi pada Ibda'. "Apa yang kamu minta sama Allah tadi?". Ibda' tersenyum dan menjawab "Aku tidak minta apa-apa". Orang tua tadi berbalas senyum ke Ibda' dan senyumnya lebih lebar sambil menganggukkan kepalanya. "Tidak minta itu baik, tapi minta sama Allah itu akan lebih baik", orang tua tadi menasehati. Dengan sedikit mengerutkan dahi Ibda' menyimpan segudang pertanyaan dan segera menyahut dengan balik bertanya karena ingin tahu alasan nasehat orang tua tadi. Ibda' mengajukan pertanyaan yang pertama "Mengapa minta lebih baik dari tidak meminta?". Secara umum bahkan hanya menerima ketika diberi itu kan lebih baik. tentunya itu yang dimaksudkan Ibda'. Lalu apa jawab orang tua tadi "meminta pada Allah harus diikuti dengan hanya menerima ketika ada pemberian Allah". yang dimaksud tugas kita meminta dan tidak berhak menuntut tuntas segala permintaan kita untuk dikabulkan oleh Allah. Allah pasti Mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Apa yang dimaksud orang tua tadi, sehingga butuh kita kaji. Meminta pada Allah harus diyakini bahwa kita itu butuh Allah, kita butuh pemberian Allah, Tanpa Allah kita tidak akan melakukan apa-apa, bahkan dalam taat saja kita masih dibantu oleh Allah. Berarti permintaan ada yang baik dan ada permintaan yang kurang baik. Memang benar adanya, sama-sama meminta tapi rasa dan aromanya berbeda sebab racikan bumbunya pun berbeda. Kita fahami do'a berikut ' Yaa ALlah, berikan aku rizky yang halal, berkah dan berlimpah'. dibanding do'a berikut 'Yaa Allah, Kalau sekiranya rizky yang halal, berkah dan berlimpah itu baik buat hambamu ini dan tidak mengurangi taatku kepadaMu berikanlah, Kupasrahkan ini PadaMU ya Allah, Hamba akan menerima dengan baik'. itu yang diracik dengan bumbu. Dengan mengangguk-anggukkan kepala Ibda' berekspresi menandakan kalau dia sepakat dengan pendapat orang tua tadi. Lalu Ibda' bertanya lagi, tarasa sekali Ibda' butuh keterangan yang lebih jelas dan jelas "Lalu permintaan seperti apa yang kita mohonkan pada Allah?". Orang tua menjawab sambil menepuk pundak Ibda'. "Intinya segala permintanmu kepada Allah itu yang masuk akal, kemudian sampaikan keinginanmu, lalu pasrahkan segala keinginanmu pada Allah, biar Allah nanti yang menetukan dikabulkan atau tidak, yakinlah! bahwa keputusan Allah terhadapmu pasti yang terbaik dan mengandung hikmah tertentu. Maka apapun yang sudah menjadi ketetapan Allah, terima dengan baik, yakini itu yang terbaik, InsyaAllah Kasih sayang Allah Akan tercurah padamu, Yakinlah nak". Ibda' tak berkutik serasa pertanyaan segudang sudah terjawab dengan tuntas. Lalu orang tua tadi pergi, Ibda' menyesal karena belum sempat menanyakan nama orang tua tadi. Ibda' berkata "Ya Allah, Terima kasih Engkau telah mengajarkan sebuah ilmu yang sangat berharga, tolonglah ibda' ini semoga diberi pemahaman dalam setiap Ilmu yang hamba terima, dan bantulah hamba ini dengan kekuatan dalam mengamalkan ilmu yang hamba terima. Amiii".
Bersambung pada Episode 2