Artikel ini dikirim oleh Pipit Larasati agar bisa bermanfaat bagi orang lain dalam mengatasi berbagai persoalan manusia terutama persoalan sosial yang bersumber dari penyakit hati. Oleh karena itu bagi yang terindikasi adanya penyakit hati yang diderita, maka sebaiknya pembaca yang budiman mau membaca artikel berikut dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan harapan kehidupan bermasyarakat lebih baik dan berbuah pada hubungan dengan masyarakat lebih kondusif dan penuh dengan kasih sayang untuk saling membantu dan bekerjasama serta saling menghormati antar sesama. Semoga bermanfaat. Bagi yang mau ikut berpartisipasi untuk mengirimkan makalahnya tolong bisa disertai Foto dengan Gaya
Hatimu yang Sehat, Sakit, atau Mati
Oleh : P i p i t Larasati
Persoalan hati adalah hal yang penting karena hati inilah yang menjadi komando bagi tubuh. Tubuh akan berbuat baik jika hatinya baik dan akan bertindak buruk jika hatinya buruk. Dengan karakteristiknya yang tidak menentu, hati bisa berubah dengan sekejap dari taat menjadi ingkar. Hal itu karena dalam hati ada penyakit yang mengacaukan tindakan dan pikirannya. Hati merupakan bagian terpenting bagi manusia. Hati ini tidak akan terlepas dari tanggung jawab kelak di akhirat atas apa yang telah diperbuat. Hubungan hati dengan organ tubuh lainnya laksana raja yang bertahta di atas singgasana yang dikelilingi para punggawanya. Hati adalah sebagai pengendali sekaligus pemegang komando terdepan. Oleh karena itu semua anggota tubuh berada di bawah komando dan dominasinya. (Al Ghazali,1986: 146).
Hati inilah raja kita, segala perintah wajib dilaksanakan dan menerima segala keputusannya. Hatilah yang menjadi penanggungjawab dan mengkoordinir semua tindakan kita, dan setiap pemimpin pasti akan diminta pertanggungjawabannya atas apa yang dipimpinnya. Robert Frager menyebut hati adalah kuil yang ditempatkan Tuhan di dalam diri manusia. Maka jika dia melukai hati manusia lainnya, dosanya lebih besar daripada merusak sebuah tempat suci di dunia ini. (Frager, 2002: 55). Selain sebagai kuil hati adalah tempat yang dilihat Allah. Jadi hatilah yang menjadi perhatian utama Allah. Hati seseoranglah yang mengontrol akhlaknya, menahan emosinya, mengatur etikanya, dan memperbaiki karakternya yang sesat. Fakta di dalam masyarakat status sosial merupakan pemicu munculnya penyakit hati. Contohnya saja, kehidupan bertetangga di kampung dan di kota sangatlah berbeda. Kehidupan di kota orangnya lebih cenderung cuek bila dibandingkan dengan di desa. Hal ini didukung dengan fakta yang terjadi di masyarakat pedesaan khususnya. Apabila ada tetangga yang mempunyai barang baru yang tidak bisa kita miliki, biasanya ada rasa iri atau dengki di dalam hati kita. Hal inilah yang disebut dengan hati yang sakit (Qalbun Maridh). Yaitu hati yang hidup tapi ada penyakitnya, hati orang yang taat terhadap perintah-perintah Allah tetapi kadangkala juga berbuat maksiat dan kadang-kadang salah satu diantara keduanya saling berusaha untuk mengalahkan sehingga adanya hati yang sakit ini, hubungan antar tetangga menjadi runyam atau kurang harmonis di dalam kehidupan bermasyarakat.
Hati Yang Sedang Sakit
Untuk mengetahui penyakit hati mari kita analogikan bagaimana seorang dokter mendiagnosa penyakit seorang pasien. Langkah yang dilakukan dokter adalah memeriksa pasien dengan teliti dan seksama. Mempelajari tanda dan gejalanya guna memastikan ada tidaknya penyakit dan apa jenis penyakitnya. Misalkan penyakit jasmani yang ada pada tubuh kita juga bisa sakit. Allah SWT menciptakan setiap anggota tubuh memiliki fungsi sendiri-sendiri serta dituntut untuk melaksanakan fungsinya masing-masing, namun ketika sakit maka fungsi penciptaan tersebut tidak bisa berjalan dengan sempurna. Seperti tangan yang sakit tidak dapat memegang, mata sakit tidak dapat melihat, mulut sakit tidak dapat berbicara, telinga sakit tidak dapat mendengar. Setelah lengkap informasinya maka dokter akan melakukan langkah-langkah selanjutnya untuk pengobatan. Dengan harapan para pasien bisa sembuh dari penyakitnya. Melihat cara yang dilakukan dokter terhadap pasien dalam menyembuhkan penyakit jasmani, maka kita juga bisa menentukan langkah-langkah bagaimana mendeteksi penyakit hati melalui beberapa diagnosa. Diantara tanda-tanda penyakit hati yaitu tidak berfungsinya daya yang dimiliki oleh hati yaitu daya ilmu atau akal, daya marah, dan daya syahwat. Artinya hati tidak dapat menjalankan fungsinya secara sempurna. Tanda-tanda hati yang sedang sakit yang lainnya adalah merasa gelisah, tidak tenteram, was-was, iri terhadap kebahagiaan orang lain, suka curiga, negative thinking, tidak pernah merasa puas, penderitaan lahir batin, suka marah-marah dan tidak lapang dada.
Menurut Al-Ghazali fungsi utama hati adalah tempatnya ilmu , hikmah, ma’rifah, mencintai Allah, beribadah kepadanya, merasa lezat dengan menyebut-Nya. Untuk meendeteksi penyakit bisa juga dengan memanfaatkan lisan orang lain untuk mengetahui aib diri kita sendiri. Biasanya orang lainlebih jujur yang akan mengungkapkan segala keburukan kita. Ketika penyakitnya sudah ditemukan, selanjutnya mengikuti prosedur pengobatan yang tepat dengan meminta pertolongan hanya kepada Allah. Sehingga pengobatannya bisa tepat sasaran ? Hal pertama yang bisa dilakukan adalah self correction atau koreksi diri. Self correction merupakan langkah awal yang baik untuk membasmi penyakit hati. Karena hati yang selalu menegur dirinya maka akan senantiasa melakukan perbaikan secara terus menerus dari segala kesalahan.
Jika self correction sulit untuk dilakukan, hendaknya kita bisa mencari seorang teman yang jujur, sangat mengetahui dan kuat beragama, serta menjadikannya sebagai pengawas diri kita agar selalu memperhatikan berbagai keadaan dan perbuatan kita. Bisa juga menurut Al Ghazali bahwa berinteraksi dengan masyarakat, lalu setiap hal tercela yang dilihatnya setidaknya bisa dinisbatkan pada diri kita. Atau menjadikan orang lain sebagai cermin. Sehingga dia bisa melihat sendiri dengan cara bercermin dari aib-aib orang lain.
Jika hati mengenal penciptaan-Nya dan memahami fungsi utamanya maka harus dibuktikan dengan cinta (mahabbah). Namun jika seseorang lebih mencintai apa yang dimiliki selain Allah, maka itu pertanda hatinya sakit. Seperti halnya perut yang lebih menyukai tanah daripada roti, berarti perut itu telah sakit (Hawwa,2006:181-183).
Hati yang hebat karena sebagai perangkat untuk melakukan aktivitas zikir, yang pada gilirannya akan membangun sebuah moralitas dan akhlak karimah yang menjadi landasan kuat untuk segala aktivitas. Namun, sayang tidak semua hati manusia dapat dijadikan sebagai perangkat untuk membangun aktivitas zikir. Mengapa bisa terjadi demikian ? Tidak lain, bahwa hati itu terbagi menjadi tiga jenis, yaitu hati yang mati, hati yang mengidap penyakit, dan hati yang hidup.
Mengetahui tanda-tanda sakitnya hati dapat diketahui bahwa hakikat penyakit hati adalah kerusakan yang terjadi di dalam jiwa seseorang sehingga hati orang tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana tujuan penciptaannya yang kemudian bisa merusak pikiran dan keinginan kita, sehingga muncullah perbuatan yang menentang syari’at Allah.
Hati Yang Mati
Penyakit hati itu berbeda dengan penyakit fisik. Seringkali si penderita penyakit hati tidak menyadari kalau dirinya sakit, ada juga yang tahu kalau dirinya memiliki penyakit hati tetapi bersikap antipati sehingga penyakitnya semakin parah. Hati yang sakit dan sudah sangat parah akan menyebabkan matinya hati. Sebagai contoh Penyakit hati yaitu syirik, kufur, munafik, sombong, riya’, iri, hasad, boros, kikir, gila harta dan kekuasaan, marah, dendam, rakus, dll. Orang yang mengidap penyakit hati akan timbul dua kemungkinan, hatinya bisa mati jika tetap dibiarkan berpenyakit dan akan sehat jika disembuhkan.
Dampak buruk jika hati dibiarkan sakit maka akan berpengaruh terhadap perilaku suluknya. Karena hati yang berpenyakit maka akan memengaruhi pikiran, ucapan, dan tindakan yang buruk sehingga menghambat suluknya, sebagaimana dituturkan oleh Syukur,dkk. Seperti penyakit hasut akan berupaya untuk berbuat jahat pada yang dihasudi. Perasaan dengki akan berusaha menyakiti orang. Penyakit bakhil akan selalu mencegah hartanya untuk diinfaqkan, dan lain sebagainya. Idealnya tiap penyakit punya obatnya masing-masing.
Matinya hati, hati yang berpenyakit dan hidupnya hati tergantung si pemilik hatiitu, sebagaimana seseorang yang memiliki tanaman. Ada orang yang tidak merawatnya, menyiraminya, memupuknya, maka matilah tanaman itu. Ada juga orang yang merawat, menyiram, memupuk, tetapi tidak tahu caranya, maka tanaman itu pun tidak subur tetapi juga tidak mati, artinya tanama itu berpenyakit. Hati juga ibarat cermin, jika cermin itu kotor, bahkan rusak maka tidak bisa untuk mengoreksi aib kita sendiri. Membersihkan cermin kita setiap hari dengan berdzikir kepada Allah merupakan upaya nyata untuk memperbaiki diri.
Contoh Penyakit Hati dan Cara Mengobatinya
Hati berada pada posisi yang baik jika di tengah-tengah, tidak berlebihan ataupun kurang. Karena jika demikian maka akan bermunculan macam penyakit hati yang harus disucikan dari diri manusia antara lain : Pertama, yang disebabkan oleh syirik. Sesungguhnya penyakit syirik diawali dari menyembah selain Allah, sampai pada perbuatan-perbuatan yang sesat dan perilaku-perilaku yang jelek seperti dengki, sombong, dan bersekutu dengan setan. Sehingga upaya yang harus dilakukan dalam menyucikan diri adalah dengan menghilangkan kesyirikan di dalam hati kita. Percaya adanya Allah dan selalu menyembah kepadanya. Di sini hati memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan sikap seseorang.
Kedua, yang disebabkan oleh hati seseorang yang ditutupi dengan kegelapan karena hal-hal yang keji seperti munafik, kufur, fasik, bid’ah, keraguan atas kebenaran, kemaksiatan dan dosa-dosa yang lain. Hal ini bisa ditanggulangi dengan menghilangkan kegelapan di dalam hati yaitu memasukkan cahaya Ilahi ke dalam hati sehingga dapat melihat sesuatu yang benar. Ketiga, penyakit hati yang disebabkan oleh syahwat (keinginan yang tidak terkendali). Diantaranya adalah : mau menang sendiri, senang kepada harta, kedudukan, dan lain sebagainya. Syahwat yang dipenuhi dengan cara bathil hukumnya haram dan itulah merupakan bagian yang harus dihilangkan dalam upaya menyucikan diri.
Keempat, penyakit hati yang dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya lingkungan, pergaulan dan godaan syetan (was-was). Jadi pengaruh tersebut datang baik dari syetan maupun dari orang-orang yang sesat. Karenanya sesuatu yang harus dilakukan dalam menyucikan diri adalah tidak mengikuti langkah-langkah syetan dan orang yang sesat.
Namun mengingat begitu beragam penyakit hati, metode penyembuhannya bisa dilakukan secara umum diantaranya : Dengan cara melalui metode ekstern, yaitu diadakannya pengajian-pengajian secara rutin. Sedangkan dari segi intern kita bisa menerapkan konsep “tombo ati”, seperti yang diterapkan dalam buku “Terapi Hati Dalam Seni Menata Hati” karya Syukur dan Fatimah yang meliputi : 1) Memahami risalah Tuhan dan mengamalkannya, 2) Menjalankan shalat, 3) Berteman dengan orang-orang yang shalih 4) Tirakat melalui puasa 5) Memperbanyak dan memperbagus dzikir.
Dalam menghadapi suatu masalah kita harus ikhlas, karena ikhlas adalah sikap mental yang bisa menutup rapat-rapat pintu syetan masuk ke dalam diri kita yang dapat mempengaruhi pola pikir kita sehingga kita mampu beramal semata-mata karena Allah. Selain itu, kita harus senantiasa Mukhajabah, yakni senantiasa mengamati baik buruk amal perbuatan kita serta apa manfaat dan bahaya penyakit hati jika kita selalu menerapkannya.
Menurut Al-Ghazali jalan pengobatan hati dengan menempuh jalan yang berlawanan dari kecenderungan hawa nafsunya disertai dengan azam yang kuat serta istiqomah. Contohnya, penyakit bodoh dapat diobati dengan belajar, kikir diobati dengan kemurahan berinfaq, penyakit sombong dengan merendahkan diri, sifat marah diobati dengan sopan santun dan berdiam diri, sifat pengecut dan lemah hati diobati dengan keberanian. Memang nampak sulit untuk dilakukan, namun selama kita istiqomah dalam menjalaninya maka hal itu akan menjadi mudah. Inilah jalan-jalan yang bisa ditempuh untuk mengobati penyakit hati dan mengantarkannya menuju ridlo Allah SWT.
Baiknya akhlak dikarenakan hidup dan sehatnya hati, sedangkan buruknya akhlaq dikarenakan sakit dan matinya hati. Menurut Said Hawwa, hati yang sehat itu sebenarnya adalah yang diliputi oleh tauhid, dimana kita selalu mengakui status kehambaannya. Menurutnya titik awal dalam kesehatan hati adalah kalimat tauhid dan memberikan cahaya tauhid kepada hati. Jika hati sudah bercahaya tauhid yang murni dan melihat semua hal sebagai “perbuatan dan karya” Allah SWT, maka dia akan mengahadapi semua musibah dengan sabar, berserah diri, ridha, tawakkal, ikhlas, dan khusyu’. Jika hati sudah bertauhid maka hati akan menerima agama Allah secara total dan saat itu pula dia bisa menghindari syirik, baik syirik kecil maupun syirik besar yang merupakan pangkal dari penyakit hati. (Hawwa,2006:201-204). Untuk itu jalan menuju kesembuhan hati adalah dengan kembali kepada Allah melalui latihan-latihan yang telah dijelaskan dalam pembahasan pengobatan hati tadi.Karena hanya hati yang sehat yang bisa sampai kehadirat-Nya.
Dengan demikian, hati ini sangat layak untuk dijaga dan dilindungi dari berbagai kotoran dan wadah penyakit serta dijaga dari keburukan syaitan. Dimuliakan dengan berbagai kemuliaan agar permata mulia itu tidak terkena noda serta tidak dikalahkan oleh musuh yaitu syaitan.
Karya : Pipit Larasati
NIM : 132411009
Kelas : FSEI-D
Editor : Ravindra, S.Pd.I
Bukti Emai yang dikirim